Listrik Kerakyatan sebagai opsi Solusi Trilema Energi
Tentang Acara Ini
Sistim konvensional memerlukan transmisi tegangan tinggi yang memerlukan ruang bebas yang sulit didapatkan
Selama ini pembangunan ketenaga listrikan didominasi oleh pengembang asing dan pengusaha raksasa, sudah saatnya masyarakat setempat diberdayakan untuk menjadi Pengembang bukan hanya mengkonsumsi energi listrik
Sudah saatnya masyarakat setempat diberdayakan untuk menjadi Pengembang bukan hanya mengkonsumsi energi listrik
Matahari, angin, dan sampah merupakan alternatif energi yang tersedia gratis di sekitar pemukiman rakyat
Bauran energi masih didominasi oleh energi fosil yang cadangannya semakin menipis
Model penyediaan dan pengembangan energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit sederhana skala kecil dari energi bersih yang tersedia di sekitar komunitas* sehingga dapat dibangun sendiri dilakukan secara bergotong-royong oleh berbagai kelompok masyarakat di tingkat kelurahan di seluruh tanah air.
Energi sampah menjadi prioritas karena sekaligus bisa menjawab permasalahan sampah perkotaan dan model TOSS -Teknologi Olah Sampah di Sumbernya dengan cara biodrying yang dapat dilakukan oleh rakyat setempat untuk mengubah sampah menjadi batu bara nabati dalam waktu kurang dari seminggu
Sebagai mitigasi risiko atas pencapaian sasaran 23% bauran energi terbarukan pada tahun 2025 sebagai opsi pencapaian sasaran 100% rasio listrik, desa, daerah terpencil dan pulau terluar sekaligus mencapai Indonesia bebas sampah yang lebih cepat dan murah